Kamis, 31 Januari 2013

GARA-GARA FACEBOOK

Sekarang lagi ngetren kali yaaa... Reonian!!!. sering banget Alumni dari mulai dari SD, SMP, sampai SMA membuat acara Reonian. Biasanya kalau gak lewat hanphone pemberitahuannya, bisa juga lewat facebook. Maklum ajah, facebook sekarang lagi ngetren dikalangan remaja. Bukan cuma buat Reonian, facebook juga bisa buat ajang Curhat alias Curahan Hati. Kebanyakan dari mereka juga banyak cerita tentang kehidupannya melalui facebook.

“Buka FB (facebook) dulu ahh...” Vanesa membuka situs facebook. Vanesa ini adalah cewek yang doyan banget buka facebook. Bagi Vanesa, sehari tanpa membuka situs facebook menurutnya seperti ada yang kurang dalam hidupnya. Begini nihhh... Kalau sudah kecanduan facebook.
Vanesa seneng banget melihat cerita teman-temannya yang bertengger di facebook. Biasanya status          facebook teman-temannya bisa menjadi bahan ledekan oleh Vanesa.

“Widihhh banyak banget yang abdet status. Gue kalah nih!.” Dibaca oleh Vanesa Status temannya yang bernama Randi.
Status Randi, “Pagi-pagi udah berantem sama nyokap, gara-gara Gue nyetel lagu changchuters keras-keras. Ehhh, nyokap Gue malah pengen denger lagu dangdut. Huft...”
Vanesa tertawa terbahak dan memberi komentar status Randi, “Ahahaha... Kalau Gue jadi nyokap loe, Gue mau denger lagunya Keong Racun... Biar digoyang sekalian.. Wkwkwkw....”
Biasanya sambil menunggu balasan komentarnya, Vanesa mengambil makanan kecil dikulkasnya.
Tak berapa lama, Randi membalas komentar Vanesa, “Keong Racun??? mentang-mentang lagi ngetren lagunya Keong Racun... Tapi nasib Gue gak jelek kok... hehe”
Melihat komentar Randi, Vanesa langsung membalas, “Tenang ajah kok Randi, nasib loe gak sejelek wajah loe kok. Wkwkwkw...” Vanesa tertawa terbahak.

Melihat jam di dinding, Vanesa teringat ia mempunyai janji dengan Iras. Iras adalah pacar baru Vanesa. Vanesa sudah beberapa kali berganti pacar, biasanya alasan para cowok mutusin vanesa sih gara-gara dia lebih perhatian sama facebooknya dari pada sama pacarnya sendiri. Padahal Vanesa tuh cantik, dan bohong banget kalau para cowok gak kepincut sama dia.

“Oh my god, Gue lupa punya janji sama Iras.” Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore. Padahal janjinya jam setengah 4. Vanesa berlari menuju kamar mandi dan bersiap diri pergi.
Selesai bersiap, Vanesa langsung mencari taksi menuju cafe tempat mereka bertemu.
“Aduuuhhh... Iras marah apa gak yaa...?”  Sambil menenti sampainya dia di Cafe. Wajah Vanesa sudah was-was.

Mata Vanesa sudah tertuju pada sebuah Cafe, “Stop, stop, Pak. Seraya memberhentikan laju taksi yang ia naiki. Seketika itu juga taksinya berhenti tepat di depan Cafe.
Vanesa langsung masuk kedalam Cafe tersebut, dan mencari Iras. Di lihat olehnya Iras yang sedang duduk menunggunya.

Vanesa menghampiri, ”Maaf ya, Gue telat!”
Iras hanya tersenyum mendengar alasan ceweknya itu. Iras tipe orang yang pendiam dan tidak suka mencari masalah. Padahal Iras sudah tahu, Vanesa telat pasti gara-gara keasyikan melihat cerita  teman-temannya di Facebook.
Mereka menghabiskan waktu berdua hingga malam hari. Dengan cara ini Vanesa bisa melupakan facebooknya.

Sampai pada pukul 9 malam, Iras mengantarkan Vanesa pulang. Iras takut Vanesa kesiangan berangkat sekolah besok.
“Aku masuk ya Iras?” Pamit Vanesa masuk kedalam rumahnya sambil melambaikan tangannya.
“Iya, good night princest...”Iras sambil tersenyum.
“Good nigt...” Ucapan Vanesa mengakhiri kencannya.

Malam berganti Pagi. Pagi ini Iras menjemput lebih awal Vanesa. Klakson mobil Iras terdengar,”Tiiiinnn, tiiiinnn...”
dari jendela kamar Vanesa muncul dan berkata, “Sebentar Iras, tunggu...” Vanesa berlari menuju Iras.
Jalanan Ibu Kota pagi ini tidak terlalu macet. Jadi mereka bisa sampai tepat waktu ke Sekolah. Teman-teman Vanesa selalu iri melihat hubungan Iras dan Vanesa. Iras dan Vanesa seperti putri dan raja dalam cerita dongeng. Sampai di kelas,” Wooyyy! Masih pagi nih.. Udah pacaran ajah loe.” Ledek temannya.

“Apaan sih loe? Siapa yang pacaran pagi-pagi... Enak ajah” wajah Vanesa memerah.
“Hohoho... Ada yang marah nihhh...”

Tanpa menghiraukan ledekan teman-temannya Vanesa pergi ke taman Sekolah. Biasa... Aktifitas rutin membuka facebook. Vanesa membuka situs Facebooknya. Dilihat olehnya status teman sekolahnya yaitu Rianti. Tidak hanya status Rianti yang ia lihat, tetapi juga status dari Siska, Kiki, dan Marta. Kebanyakan dari mereka menulis status patah hati.

“Kenapa sih hari ini banyak banget yang patah hati? Bosen liatnya nihh.” Ujarnya kesal.
Dilihat lagi oleh Vanesa status dari Iras,” Gue sayang banget sama dia.” Melihat status dari pacarnya sendiri wajahnya langsung sumringah senang. Vanesa mengomentari status Iras, ”Gue juga sayang.”

Dari belakang, Iras muncul dan menutup mata Vanesa.
 “Coba hayo tebak, siapa?” Iras membedakan suaranya supaya Vanesa tidak mengenali suara itu.
“Siapa yaaa... Kayanya Gue kenal nihh. “ Keluar dari bibirnya sebuah nama, “IRAS!”
keberadaanya sudah diketahui, Iraspun melepaskan tangannya dari mata Vanesa.
“Yahhh... ketahuan deh!” Iras duduk disebelah Vanesa.

Vanesa hanya tersenyum melihat tingkah pacarnya itu.
Iras melihat Vanesa memegang hanphone, “pasti dia sedang membuka facebook”. Ujarnya.
“Nes, udah ngerjain tugas IPA?” Iras mengingatkan Vanesa.

Dilihatnya Vanesa menggelengkan kepalanya, tanda ia belum mengerjakan. Iras tersenyum.Betapa sabarnya Iras dengan kelakuan Vanesa. Hanya iras yang tahan akan sifat Vanesa yang selalu mengabaikan pekerjaan sekolah. Vanesa memang masih perlu bimbingan, karena sifatnya yang masih kekanak-kanakan.

“Ayo kita kerjakan tugasnya.” ajak Iras.
“Tapi Gue gak ngerti, Ras.” Vanesa memanja.
Tanpa pikir panjang lagi Iras langsung menarik tangan Vanesa dan menuju kelasnya. Vanesa langsung mengambil buku dari tasnya. Dengan sabar Iras membantu mengerjakan tugas itu. Vanesa mengambil handphone dari saku bajunya.

Betapa seriusnya Iras mengajarkan Vanesa tugasnya, tetapi Vanesa sibuk dengan status facebooknya.
Keluar dari mulutnya, “Widihhh.. dasar Randi! Status dah kaya orang mau meninggal ajah.. ahaha..”
Melihat hal itu, Iras langsung naik darah, alias marah. Tanpa berkata , Iras langsung pergi meninggalkan Vanesa sendiri.

Vanesa mencoba mengejar Iras, “Iras! Loe mau kemana?”
“Terserah Gue, udah capek Gue kaya gini.” ucapan Iras membuat hati Vanesa sedih. Karena baru kali ini Iras bicara kasar seperti itu kepadanya.

Pulang sekolah, Vanesa menuju kelas Iras, berharap Iras belum pulang. Ia ingin tahu mengapa tiba-tiba Iras marah padanya. Sampai dikelas Iras, ia tidak menjumpai satu pun orang disana. Lalu ia menuju tempat parkir mobil, disana juga tidak terlihat mobil Iras. Sepertinya Iras sudah pulang lebih dahulu.
Vanesa pulang menunggu jemputan mobil  Adam, kakaknya. Ia menunggu sendiri di depan gerbang sekolah.

Disisi lain, ternyata Iras belum pulang. Ia mengamati Vanesa dari jauh, takut terjadi sesuatu pada Vanesa. Iras juga melihat Vanesa yang berwajah bingung, mungkin ia bertanya-tanya mengapa Iras marah padanya. “Maafin Gue ya, Nes!”
dari kejauhan terlihat mobil Inova silver berhenti tepat didepan Vanesa. Mobil Adam sudah datang menjemput Vanesa.

Melihat hal itu, perasaan Iras tenang karena Vanesa sudah pulang.
Malamnya, Vanesa berdiri didepan jendela memandangi bintang-bintang di langit sana. Sambil berbicara dalam hati, “Kenapa dia marah sama Gue ya?”
Vanesa berjalan menuju meja riasnya untuk mengambil handphone. Ditelponnya Iras hingga beberapa kali, tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Mungkin Iras masih marah padanya. Akhirnya Ia membuka facebooknya.

Dengan keadaan apapun, Vanesa masih bisa melihat status dan cerita teman-temannya dari facebook.
Ia terperangah melihat lima menit yang lalu Iras baru saja menulis statusnya, “Lebih penting mana sih pacar kita atau facebook yang notabene hanya dunia maya?”

Walaupun hanya lima menit, tetapi komentar temen-temannya sudah membanjiri status Iras. Kebanyakan dari mereka lebih memilih pacar dari pada facebook. Alasannya berbeda-beda, mulai dari facebook itu gak bisa dijadiin teman kencan, facebook itu cuma dunia maya, facebook itu hanya teman sesaat, pokoknya bermacam-macam komentar mereka. Tidak ada satupun komentar balasan dari Iras.

Kini Vanesa sadar kenapa Iras marah padanya. Gara- gara facebook ternyata.
Keesokan harinya, teman-teman Vanesa terkejut melihat beberapa hari ini mereka tidak melihat Iras datang dan pulang Sekolah bersama Vanesa. Sudah beberapa hari ini Vanesa berwajah muram, begitu pula sebaliknya dengan Iras.

Teman-temannya tak tahu masalah apa yang sedang mereka berdua hadapi. Kecuali mereka berdua (Vanesa dan Iras) yang tahu. cerita   dongeng putri dan raja yang bahagia seperti hilang begitu saja. Melihat hal ini, teman Iras berkata, “loe kenapa sih, Ras? Kaya orang lagi musuhan sama pacar sendiri!”
Iras hanya diam mendengar perkataan temannya itu. Iras hanya pergi menuju taman Sekolah. Disana Iras duduk dibawah pohon yang rindang, sambil menjernihkan pikiran.

“Kaya'nya udah cukup deh Gue nyuekin Vanesa beberapa hari ini!” Ujarnya.
Tak disangka, Iras melihat Vanesa yang sedang melamun disamping jendela kelasnya, tepatnya disamping tempat duduk kelas Vanesa. Sebenarnya mereka berdua sama-sama seperti kehilangan arah. Vanesa seperti kehilangan sosok yang membimbingnya dan menemaninya susah maupun senang.
Teman-teman mereka hanya bisa melihat kejadian itu.

Tanpa disadari oleh mereka, sudah satu minggu mereka seperti ini. Tidak ada kepastian kapan mereka akan seperti dulu atau bahkan hubungan mereka bisa berakhir begitu saja.
“Gue kangen sama loe Iras. Gue kangen sama suara loe, sama tingkah loe yang selalu sabar sama Gue. Gue tahu Gue salah, Gue gak mikirin perasaan loe. Malah Gue lebih milih facebook Gue dari pada loe.”

Biasanya, orang akan terasa sangat kehilangan apabila pada saat seseorang yang dia sayang pergi menjauh darinya. Sebelum orang yang disayang pergi, sebaiknya jangan sia-siakan kesempatan sewaktu orang tersebut ada disamping kita. Pasti! Akhirnya menyesal.

Pagi ini sepertinya akan turun hujan. Untung saja Vanesa sudah sampai di Sekolah. Awan pagi yang biasanya cerah dengan matahari kini tertutup awan hitam.
Tampak dari kejauhan Iras yang sedang berjalan menuju kelasnya. Tiba-tiba saja Iras menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Matanya tertuju pada seseorang yang sedang membawa buku bertumpuk ditangannya.

Seseorang itu ialah Vanesa. Mungkin ia akan mengembalikan semua buku yang dibawanya itu ke perpustakaan.  Iras menyesalkan apa yang dilihatnya itu, “Aduh... musti gimana nih Gue? Bantuin cewek Gue atau gak ya?”.
Sambil berjalan Iras menghampiri, tetapi terhenti, “Akhhh... kayanya gak usah deh!”. Iras melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

Vanesa sedang berjuang membawa buku yang ia bawa. Di samping kelas terlihat teman Iras menawarkan bantuan kepada Vanesa, karena melihat sepertinya Vanesa perlu bantuan.
“Nes!!! Gue bantuin ya?” Ujar Koko si cowok keturunan Cina.
“Oh.. gak usah. Terima kasih.” Vanesa tersenyum ramah.
Koko tetap memaksa. Akhirnya, Vanesa mengalah dan mau menerima bantuan Koko. Sambil berjalan menuju Perpustakaan, Koko bertanya tentang Iras dan Vanesa.
“Nes! Loe ada masalah ya sama Iras?”
Vanesa menganggukkan kepala.
“Apa masalahnya? Jangan hanya gara-gara masalah yang kecil kalian berdua jadi putus ya... Gue gak mau ajah hubungan loe sama Iras gak kaya dulu lagi.” Koko menasehati hubungan Vanesa, maklum saja Koko adalah salah satu sahabat dari Iras.
“Gue yang salah Ko... Gue lebih mendahulukan facebook ga dari pada Iras. Gue nyesel.” Mata Vanesa terlihat berkaca-kaca.

Mendengar cerita  Vanesa, hati Koko semakin tidak tega padanya. Setelah Koko membantu Vanesa, Koko langsung menemui Iras dan menceritakan kembali apa yang dia tahu tadi.
Iras langsung terperanjat bangun dari duduknya, dan pergi menghampiri Vanesa. Sepertinya Vanesa sudah terlihat menyesal.

Iras berjalan menuju kelas Vanesa, tetapi Vanesa tidak ada disana. Satu-satunya tempat yang sering didatangi oleh Vanesa ialah taman sekolah. Ia pun menuju taman sekolah.
Sampai disana, matanya mencari-cari Vanesa. Tak sia-sia ternyata Vanesa sedang duduk ditaman sekolah.
Nafas Iras tersngal-sengal begitu tiba dihadapan Vanesa.
“Iras!” Vanesa terlihat kaget.
“Nes... Maafin Gue ya? Gue juga salah sama loe.”
Vanesa berdiri dari duduknya.
“Nes... Loe maukan maafin Gue? Apa pun Gue lakuin buat loe Nes...” Iras memohon. Biasa cowok mulai gombal.

Angin bertiup membuat dingin udara. Dedaunan berguguran ditiup angin. Hujan rintik-rintik turun membasahi bumi. Para siswa dan sisiwi yang lain berlarian mencari tempat berteduh. Tidak demikian dengan Iras dan Vanesa yang masih berdiri dengan rambut dan pakaian basah.

Ditengah guyuran hujan, Iras memeluk Vanesa.
“Maafin Gue Nes! Gue juga salah sama loe. Gue mau nerima loe meskipun loe lebih mentingin facebook dari pada Gue. “ .
“Gue juga salah kok. Gue janji gak akan terlalu mementingkan facebook mulai sekarang.”

Semenjak kejadian itu, hubungan mereka kembali seperti semula. Kebiasaan Iras menjemput Vanesa pagi-pagi, kini sudah seperti biasa lagi. Berangkat dan pulang Sekolah mereka selalu bersama.
Begini nih... cuma gara-gara masalah sepele.
Facebook juga bisa jadi ajang cerita  pengalaman, tetapi juga bisa  membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin seperti ini.

  

Selasa, 22 Januari 2013

Cerpen : KEPENTOK CINTA KAKAK KELAS


KEPENTOK CINTA KAKAK KELAS

 

Nama Gue Namira. Gue anak seorang dokter. Umur Gue 17 Tahun dan hobi Gue ngobrol dan cerita apa ajah sama temen-temen yang sayang sama Gue. Gue orangnya cerewet. Kata temen-temen Gue sih. Kalau Gue lagi berbicara sudah seperti bebek yang nyari induknya. Hehehe....

“Pindah Sekolah adalah hal yang menyebalkan buat Gue. Bayangin ajah sudah lima kali Gue pindah sekolah. Dari SD, sampai SMP. Adowh... adowh berapa kali lagi nih Gue musti pindah sekolah?.
Gue pindah sekolah dari derah yang satu ke daerah yang lain. Mulai dari Bogor, Semarang, Bali, Cirebon, dan Jakarta. Maklum ajah Orang Tua Gue dokter yang sering dipindah tugaskan kemana-mana. 
Sekarang sih Gue sudah SMA.. Jadi, kata Nyokap Gue, Gue gak akan pindah lagi. Karena bokap Gue gak akan dipindah tugaskan. Huhhh... Akhirnya sekarang Gue sekolah di Jakarta.”

Ini hari pertama masuk sekolah. Cuacanya cerah! Terlihat dari kanan kiri jalan sekolah yang ramai oleh siswa-siswinya. Banyak yang berkomentar sekolah ini adalah sekolah favorit di Jakarta. Betapa beruntungnya Namira. 
Tapi bagi Namira, Sekolah favorit atau tidak, yang penting adalah pendidikannya. Bukan dari favorit atau tidaknya sebuah sekolah. 

Yang ada dipikiran Namira sekarang adalah bagaimana cara mendekatkan diri pada lingkungan sekolah yang baru ini. 
Biasanya pertama kali masuk sekolah baru, mereka saling tidak bertanya. Hal itu dikarenakan belum saling mengenal. Ini nihhh... yang sangat tidak disukai oleh Namira. 
Pertama masuk sekolah baru pasti ada yang namanya MOS atau Masa Orientasi Siswa. 

“Banyak juga ya murid barunya.” Ujar Namira. 
Ketika Namira mengucapkan kata-kata tersebut, disamping Namira ada seorang cewek. Cewek itu juga adalah salah satu murid baru di SMA ini. Perawakan cewek itu kurus kecil, berkulit putih, dan berambut panjang. Ia menimbal balik ucapan Namira.
“Iya, murid disini dari tahun ketahun memang selalu banyak, maklum ajah namanya juga sekolah favorit.” Timbal cewek tadi.

Namira melirik cewek itu dan berkata, “Dari mana loe tahu?”
“Bokap Gue salah satu penyumbang dana buat sekolah ini.”
“Owhhh...” namira tak melanjutkan ucapannya.
“Oh iya, kita belum kenalan, Nama Gue Rubi.” 

Namira heran mendengar nama cewek itu, ”Rubi? Nama yang aneh...”
“Memang sih kedengarannya aneh, tapi Orang Tua Gue ngasih nama itu karena Rubi itu adalah nama sebuah batu yang sangat berharga dan berharga jual tinggi. Jadi aku ini yang berharga bagi mereka.”
“Hmmm.... Masuk akal!”. Namira.
“Nama loe siapa?” 
“Gue Namira!”
“Senang bisa kenal sama loe Namira.”
Mereka berdua berjabat  tangan. 

Semenjak itu, Namira dan Rubi berteman. Selama MOS mereka berdua selalu bersama. 
“Widiiihh... Ketua Osisinya cakep, Bi?” Namira memberitahukan kepada Rubi bahwa ia melihat Ketua Osis yang menurutnya berwajah enak untuk dilihat. 
“Mana, mana, mana?”
“Itu tuh...” Namira menunjuk salah seorang cowok yang sedang memberi pengarahan kepada anak baru yang mengikuti MOS.
“Wah iya... Bener, bener, bener!”

Ketika mereka sedang serius melihat Ketua Osis yang ganteng, tiba-tiba kakak kelasnya yang bernama Sisil bersama temannya, dengan sengaja menjatuhkan minumannya ke pakaian Namira. 
“Upsss... Sorry.” Dengan wajah yang jutek Sisil menumpahkan minumannya.
“Akhhhh.... Baju Gue.” Namira kebingungan karena pakaiannya basah. 
Rubi membela Namira, “Kalau jalan liat-liat dong! Gimana sih loe.”

Dengan wajah yang nyolot Sisil membalas, ”Ehh! Loe anak baru ya? Anak baru ajah udah nyolot sama kakak kelas, gimana nantinya loe.”
“Gue hargain loe kakak kelas, tapi jangan begini dong, mentang-mentang kita anak baru, jadi loe bisa lakuin kita seenak loe!” Rubi malah tambah nyolot.
Mendengar pertengkaran itu, Ketua Osis yang ganteng itu menghampiri. 
“Ada apaan nih ribut-ribut?”

Sisil langsung memegang tangan si Ketua Osis, “Ini, Adam... Anak baru kelas satu udah nyolot sama Gue!” Sisil memanja. 
Dalam hati Namira, “Ohhh, jadi namanya Adam.”
“Bohong tuh!” Jawab Rubi.
“Yeee.. anak baru ajah udah blagu loe.” Sisil menimbali.

Adam semakin bingung dengan kedian ini.” Sebenernya kejadiannya gimana sih?”
Rubi menjelaskan, “Begini Kak, Kak yang ini (Rubi menunjuk Sisil) numpahin minumannya ke baju teman saya. Bukannya minta maaf, malah marahin kita Kak.”
“Sisil! Apa bener yang dibilang mereka?” Adam bertanya kepada Sisil.
Sisil tidak menjawab, ia kesel dengan Adam karena lebih membela Namira dan Rubi. Akhirnya Sisil dan teman-temannya pergi meninggal mereka bertiga. Adam memberi pertolongan kepada Namira.

“Loe gak apa-apa kan? Nih pake.” Ucap Adam sambil mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya, dan memberikannya pada Namira yang ketika itu berpakaian basah. 
“Gue gak apa-apa kok. Makasih...” Namira mengambil sapu tangan yang diberikan Adam. 
“Maafin Sisil ya?” Adam mewakili Sisil meminta maaf.
“Iya kak.” Namira.
“Kalau boleh tahu nama loe sapa?” Adam melihat Namira.
“Namira nama Gue... dan yang ini temen Gue, Rubi.” Namira memperkenalkan Rubi juga. 
“Nama Gue Adam! Gue duluan ya.” Adam pergi meninggalkan Namira dan Rubi.

Semenjak kejadian itu, Namira menjadi semakin sangat betah bersekolah di SMA  itu. Apalagi karena ada Adam yang banyak dikejar-kejar sama cewek-cewek termasuk Sisil. 
Namanya juga Kakak kelas, apalagi kalau Kakak kelasnya ganteng kaya Adam. 
Keesokan harinya, Namira baru saja turun dari mobilnya. Ternyata Rubi juga baru turun dari mobilnya. Masuk pintu gerbang, ” Namira! Tungguin Gue.” Rubi berlari menghampiri Namira.
Namira melirik kebelakang, “Ternyata loe, Bi. Ayo cepetan!.”

Dengan nafas terengah-engah Rubi tepat sejajar dengan Namira. Langkah kaki Namira terhenti.
“Kenapa loe?” Tanya Rubi.
“Gue kebelet pipis. Hehehe...” 
“Ya udah sana ke toilet. Gue duluan kekelas ya..”
Namira mengangguk, lalu ia berlari menuju toilet. Keluar dari toilet, ”Aduhhh... akhirnya...”
Namira berjalan sambil merapihkan pakaiannya. Tanpa sengaja gelang Namira jatuh, dan Namira tidak tahu akan hal itu. Namira tetap melanjutkan perjalanannya. 

Dibelakang Namira, Adam sedang menuju toilet dan melihat gelang Namira. Diambilnya gelang itu. Adam sempat memanggil Namira, namun Namira tidak mendengarnya dan terus berjalan menuju kelasnya. 
Sampai di kelas, Namira baru sadar bahwa gelangnya tidak ada.
Namira terkihat sedang mencari sesuatu.

“Ra! Loe lagi cari apaan sihh?” Rubi heran.
“Gelang Gue hilang!”
“Gelang apaan?”
“Gelang yang tadi pagi Gue pake.”
“Wah Gue gak tahu, Ra!”

Adam datang membawa gelang Namira. 
“Gelang ini yang loe cari?”
“Hah! Iya... itu gelang Gue. Kok bisa ada di Kak Adam?”
“Aduhhh.. jangan panggil Gue Kak dong. Panggil Gue adam ajah.”
“Iya...”
“Tadi gelang loe jatuh sewaktu didepan toilet, padahal Gue udah manggil loe, tapi loe gak nengok sama sekali. Tadinya Gue juga mau ke toilet. Terus Gue liat gelang loe. Nihhh...' Adam memberikan gelang itu kepada Namira. 
“Tanks ya Kak... Upss maksud Gue Adam.” Namira tersenyum.

Rubi hanya terdiam melihat Namira dan Adam. Sepertinya Adam sudah mulai terlihat tertarik dengan Namira. Tapi Namira tidak menyadari hal itu. 

Jam istirahat. Namira dan rubi pergi ke kantin sekolah. Di kantin sekolah tidak sengaja Namira dan Rubi berpapasan dengan Sisil. Sisil tiba-tiba mengancam Namira, “Eh! Anak baru... Gue peringatin ya sama loe. 
Loe gak boleh deketin Adam, karena Adama milik Gue! Loe inget itu baik-baik.” Sisil langsung pergi.

Rubi meledek, “Apaan sih tuh orang? Gak jelas banget. Udah,  jangan loe dengerin Namira. Anggap ajah angin lalu. Ahahaa...”
Mereka berdua duduk di kantin sambil memesan mie ayam dan bakso dengan minuman es the manis.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Rubi dan Namira bercakap.

“Ra!” panggil Rubi.
“Iya, Bi!Kenapa?”
“Sadar gak loe.”
“Yeee... loe gak liat nih Gue sadar gini....”
“Bukan itu maksud Gue.”
“Terus...'

Makanan dan minuman yang mereka pesan datang.
Namira menyendok mie ayam yang ia pesan.
“Woyyy... Rubi Gue tanya malah diam aja.”
“Maksud Gue, Loe sadar pa gak kalau Adam suka sama loe?”
Namira langsung tersendak dan langsung mengambil air minumannya.

“Ngomong apaan sih loe? Gak mungkinlah adam suka sama Gue.'
“Ra! Di dunia ini apa sih yang gak mungkin? Mungkin ajah dia suka sama loe.”
“Masih banyak kali Bi, cewek yang lebih dari Gue buat Adam.”
“Kurang apa lagi sih loe Ra! Cantik, pinter, baik lagi... Hehehe...”
“Huhhh... kalau loe lagi muji Gue pasti ada maunya nihhh....'
“Gak ko. Gue serius.'
“Udah deh jangan menghayal. Ayok makan!”

Waktu cepat sekali berlalu, hingga saatnya jam pulang sekolahpun tiba. Para siswa siswi berhamburan keluar kelas. Saling mendahului.  Rubi dan Namira berjalan menuju pintu gerbang sekolah.
“Ra! Pulang sekolah loe mau kemana?”
“Gue mau langsung pulang ajah deh...”
“Ke rumah Gue dulu yuk! “
“Gak Ah... Makasih.” Namira menolak.

Adam menghentikan langkah mereka, “Namira! Pulang Gue anterin pulang yah... Mau gak?” 
Tanpa menunggu keputusan Namira, Rubi langsung menjawab, ”Oh... Iya tuh Ra! Loe bareng ajah sama Adam... Gue duluan ya... dadahhh...” Rubi meninggalkan Adam dan Namira. 
Akhirnya Namira pulang bersama Adam. 

“Gue ambil mobil dulu yahhh... sebentar loe tunggu dulu disini ya.”
Namira mengangguk. 
Ketika Namira menunggu, Sisil datang menghampiri Namira yang sedang menunggu sendiri. 
“'Eh! Gue kan udah bilang sama loe... jangan deketin Adam. Loe itu ngeyel yahhh...”
“Sorry yah, Gue gak ngedeketin Adam.” 
“Bohong banget loe. Buktinya Adam selalu nempel sama loe.”

Mobil Adam datang, Adam turun dari mobilnya. 
“Sisil! Loe ngapain lagi sih... Gue udah bilang sama loe, jangan ganggu Gue.”
“Tapi Gue suka sama loe adam.” 
“Ra! Ayok kita pulang. “ Adam menarik tangan Namira masuk kedalam mobil.
Jalanan macet. Biasa... Ibu Kota Jakarta, sangat identik dengan macet. Kaya'nya tanpa macet, namanya bukan Jakarta. 

Adam melihat Namira yang hanya diam di melihat keluar kaca mobil.
“Ra! Jangan loe ambil hati ya omongan Sisil tadi.”
Namira melihat Adam yang sedang menyetir mobilnya. 
“Kenapa loe gak terima Sisil ajah, dia cantik!”
“Gue gak suka sama dia.”
“Terus...?”
“Gue suka sama loe, Ra!”
“Hah!”

Mendengar perkataan Adam tadi, Namira hanya terdiam. Yang ada dipikiran Namira sekarang, apa yang harus dia katakan nanti pada Adam. Seandainya Adam meminta jawabannya. 
“Ra! Belok kanan atau belok kiri nih... Rumah loe dimananya? “
“Belok kiri, tiga rumah dari belokan, itu rumah Gue.”
Adam melanjutkan perjalanannya. 

Sampai tepat di depan rumah Namira. Namira turun dari mobil Adam.
“Adam! Loe gak mau mampir dulu?” Namira menawarkan adam untuk singgah dulu di rumahnya.
“Gak usah Ra! Gue langsung pulang ajah. Salam ajah ya buat Nyokap Bokap loe.”
“Ok. Tanks ya... Udah nganterin Gue sampai rumah. Dahhh....” Namira melambaikan tangannya. 

Mobil Adam melaju meninggalkan rumah Namira. 
Namira selalu teringat dengan ucapan Adam, bahwa ia suka pada Namira. Tapi Namira berfikir, apa jadinya ia kalau seandainya Adam dan dia.........???

Namira menelpon Rubi. Biasa namanya juga sama-sama cewek pasti Curhat (Curahan Hati).
“Halo!”
“Iya, Ada apa ya Ra?”
“Bi... Adam bilang kalau dia suka sama Gue.” 
“bagus dong.”
“Ko bagus sih..?”
“Iyalah bagus... Loe mau cari dimana sih cowok kaya Adam? Baik, ganteng, Ketua Osis pula. Apalagi dia Ketua Osis, nama loe pasti kebawa sama dia. Wiiihhhh.. Namira cowoknya Ketua Osis.Hehehe...” Canda Rubi. “Ceritanya loe ngeledek Gue nihhh?”
“Hehehe.... Gue seneng ajah kalau temen Gue dapet cowok kaya Adam.”
“Dapet? Loe kira Gue nemuin si Adam apa... pake dapet segala.”
“Weits... Jangan marah-marah gitu dong. Tar cantik loe luntur  tuh...”
“Terus Gue musti gimana nih?”
“Ya terima ajah... Apalagi sih yang loe tunggu... Dia udah bilang suka sama loe. Baguskan dia udah 
cerita ke loe tentang perasaannya.”
“Gue pikir lagi deh”
“Ok. Semoga ajah jawabn loe gak ngecewain Gue dan Adam ya...”
“Iya...”
Namira menutup teleponnya. 

Sampai malam hari Namira masih memikirkan apa yang harus dia katakan besok pada Adam. Tidur pun Namira gelisah. 
Disisi lain Adam juga sedang memikirkan Namira, “Kira-kira apa jawaban Namira....”

Paginya. Seperti biasa, Namiradatang berbarengan dengan Rubi. Ada yang aneh dari Rubi pagi ini. Ternyata, Rubi berganti gaya rambut.
“Ihhh, Rubi potong rambut nih ceritanya. Ahaha....” Namira tertawa lepas.
“Bagus gak?”

Namira memberikan dua jempol pada Rubi. 
“Berarti Gue ada perubahan, gak kaya loe yang gak ada perubahan. Hehehe....  “
“Apaan tuh maksudnya?”
“Gak ada maksud apa-apa kok, just kidding...”

Tidak terasa sudah dua bulan lamanya Adam menanti jawaban Namira. Sekarang Adam sedang gencarnya belajar karena sebentar lagi dia akan menghadapi Ujian Nasional. Bagi pelajar Ujian Nasional adalah pembicaraan yang mengerikan. Banyak dari para pelajar yang tidak lulus hanya karena satu mata pelajaran yang tidak lulus. Adam tidak mau hal itu terjadi padanya. 

“Ra! Ke Mading (Majalah Dinding)  yuk?”
“Ngapain?” 
“Udah ayok ikut ajah...” Rubi menarik tangan Namira.

Sampai di depan Mading, mereka berdua saling melirik. Ternyata di Mading ada pengumuman From Nigth. From Night akan dilaksanakan pada hari Sabtu, pukul 08.00 WIB. 
“Terus apa hubungannya sama Gue?” Namira menggaruk kepalanya. 
“Ya adalah... adowh....”
“Apa?”
“Loe harus kesana. Sama Adam. “
“Itukan buat kelas tiga.”
“Udah gak apa-apa.”

Hanphone Namira berdering, dilihatnya dari layar ponsel message dari Adam.
“Gue tunggu di depan kelas loe ya? Sekarang!”
Membaca message itu, Namira langsung berlari menuju tempat yang dimaksud Adam. 
“Ra! Mau kemana loe?” Rubi bingung melihat temannya yang pergi begitu saja.

Ucapan Rubi tidak dihiraukan oleh Namira. Dia terus berjalan menuju depan kelas yang dimaksud Adam. 
Terlihat dari kejauhan Adam yang sedang menunggu Namira. Tampak semakin dekat sekarang, dan sampai dihadapan Adam.
“Ada apa Adam, loe manggil Gue kesini?”
“Gue mau minta kepastian dari loe Ra!”
“Kepastian apa?”
“Kepastian jawaban loe ke Gue.”

Namira terdiam berpikir sejenak. Memikirkan jawaban apa yang akan terucap dari mulutnya. Akhirnya, Namira berucap, “Gue mau nerima loe! Asalkan....????”
“Asalkan apa?”
“Asalkan loe lulus nanti.”
“Kalau Gue gak lulus? Berarti Gue gak diterima jadi cowok loe?”
“Meybe! Loe dah kaya mau ngelamar kerjaan ajah, pake keterima atau gak.”
“Gue juga punya pertmintaan sama loe?”
“Apa?”
“Loe harus pergi ke From Night sama Gue.”

Namira mengangguk setuju. Dua-duanya sama-sama serasi. Mungkin ini cara Namira memotifasi Adam supaya ia giat belajar dan lulus nantinya. 
Upaya yang bagus. Selesai sekolah nanti, mungkin Adam akan melanjutkan kuliah.

Hari berganti hari. Sabtu yang ditunggu pun datang. From Night!
“Aduhhhh... Kemana ya hight hils Gue?” Namira mencari sepatunya yang menurut perasaannya, ada di lemari pakaian. Tetapi tidak ada. 

Dari luar pintu terdengar ketokan, “Tok, tok, tok...” Masuklah Rubi dengan membawa sepasang sepatu. Cocok dengan gaun Namira yang berwarna putih pendeh. 
“Nih pake sepatu Gue!”
“Wahhh, Tanks banget ya.”
“Cantik banget loe, Kalau udah pulang dari From Night 
cerita-cerita ke Gue ya...”
“Siiipppp dehhh.”
Klakson mobil Adam sudah terdengar. 
“Pangeran loe udah nunggu tuh di luar.”
Namira tersenyum, “Gue pergi dulu ya.”
“Ok. Good Luck ya.”

Malam ini Namira terlihat cantik dengan gaunnya yang berwarna putih. Rambutnya yang hitam dibiarkan terurai panjang dengan jepitan yang berkilau. 
Adam pun tidak kalah. Dia juga memakai jas berwarna hitam. Terlihat ganteng sekali. 
Mereka berdua terlihat cocok sekali, Ganteng dan Cantik.”
From Night malam ini sangat Istimewa. Terlihat dri semua pasangan, hanya Adam dan Namira yang sangat terlihat cocok. 

Adam dan Namira melewati malam yang tidak bisa dilupakan bagi mereka berdua. From Night malam ini berakhir hingga pukul 11.00 WIB malam. Melihat dari wajah para siswa-siswi yang lain, sepertinya mereka puas dengan acara From Night malam ini. Wajah mereka tampak berseri-seri. Menghilangkan streesss setelah Ujian Nasional. Tapi mereka akan berhenti tersenyum ketika mendengarkan pengumuman kelulusan pada hari Senin besok. Was-was apabila nantinya tidak lulus. 

Hari ini adalah hari yang dinanti para siswa-siswi kelas tiga. Selama tiga tahun mereka berjuang untuk bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Agar tidak mengecewakan nantinya. 
“Adam...” Panggil Namira.
Adam yang sedang berjalan menuju kelasnya, terhenti setelah mendengar suara Namira memanggilnya. 
“Namira menghampiri, ”Adam, sukses ya buat hati ini... Semoga loe lulus!”
Mendengar ucapan Namira, Adam tersenyum bahagia. “Iya... Amin..”

Tiba saatnya pengumuman kelulusan. Bukan hanya  Adam saja yang sedang risau menanti hasil kelulusan, tapi juga Namira. 
Surat kelulusan pun dibagikan satu persatu. Dalam Amplop berwarna putih, didalamnya tertulis... lulus atau tidaknya siswa-siswi tersebut. Nama Adam sudah dipanggil untuk menerima surat kelulusan tersebut. 
“ADAM.” Panggil guru yang membagikan surat tersebut. 
Adam maju dan mengambil surat kelulusan itu. Surat itu tidak segera dibukanya, karena ia ingin membuka surat itu bersama Namira. 

Kebetulan sekali Namira melintas didepan kelas Adam. Dipanggilnya Namira, dan dipersilahnya duduk bersama Adam untuk membuka suratnya. 
Hati Adam berdebar-debar membuka surat tersebut. Dengan pelan tapi pasti, surat itu keluar dari Amplopnya. 

Dibukanya kertas yang berada di dalam Amplop. Hasilnya....
Di kertas itu tertulis, “LULUS”. Seketika itu juga Namira melompat kegirangan. Adam hanya terdiam melihat Namira senang, karena dia lulus. 
“Yeeee.... Adam loe Lulus...” Namira mencubit pipi Adam.
“Iya... Gue Lulus.”

Banyak siswa-siswi yang berhamburan keluar kelas mengabarkan bahwa mereka Lulus. Bahagianya mereka yang Lulus. Diantara kesenangan mereka yang lulus, ada juga yang bersedih karena tidak lulus. 
Mereka yang Lulus, mengekspresikan luapan kegembirannya dengan cara mencorat-coret baju sekolahnya. Saling memberikan tanda tangan di baju masing-masing, sebagai kenang-kenangan kelulusan. 
Baju Sekolah mereka sekarang terlihat warna-warni oleh pilok. 

Namira menepati janjinya, bahwa ia akan menerima Adam jika Adam Lulus Ujian. Ternyata, Adam Lulus! 
Bahagia Adam kini berlipat ganda. Disamping Ia Lulus Sekolah, Ia juga mendapatkan Namira. 
Bagi Namira, hari ini adalah hari terbaik baginya dan Adam.  Ternyata, di Sekolah Namira yang baru Ia mendapatkan cinta Kakak kelasnya.   

 

Cerpen: HUJAN DI JANUARI


HUJAN DI JANUARI

 

   Memang benar kata orang bahwa hujan sering membawa berkah bagi penghuni dunia ini. Namun karena hujan, musibah sering menghantam kota Jakarta tercinta ini. Apalagi sekarang, cuaca tidak bisa diprediksi lagi. Dulu musim hujan diperkirakan pada bulan September sampai Desember. Namun di bulan Januaripun musim hujan masih mengguyur tanah air tercinta ini.

    Sehingga ibu kota tercinta ini terendam air yang mengakibatkan tersendatnya orang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Seperti sekarang Dara mudiana berdiri termangun menatap air hujan dari jendelanya membasahi halaman rumahnya.

    Sesekali Dara melihat jam tangannya yang melekat ditangan kirinya. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul. 06.30 menit. Dara tersentak,”Ya ampun kalau caranya begini bisa terlambat sampai dikantor.” Gimana ini?hatinya berdesir.

    Saat Dara sedang bolak-balik melihat kearah jendela, bundanya dari dalam menghampiri Dara yang sedang kalut. “Oya Ra, kok akhir-akhir ini Ergi jarang main kerumah? Biasanya rajin jemput kamu. Apalagi saat musim hujan kaya gini. Emang Ergi kemana?”tanya bundanya.

    Dengan ringan Dara menjawab pertanyaan bundanya,”Emangnya aku mamanya,”ketus Dara.
    “Begini nih…anak sekarang kalau ditanya selalu jawabannya enggak ngenakin ati. Em…padahal kalau masih ada Ergi, kamu enggak bakal terlambat pergi kekantor. Ada ojek gratis,”cetus Bundanya sebelum berlalu dari hadapan Dara.

    Sesaat Dara berpikir bahwa kata-kata bundanya ada benarnya. Tetapi bila Dara mengingat sebulan yang lalu Ergi menyatakan perasaannya kepada Dara bahwa dirinya menginginkan lebih dari persahabatan. Itu membuat Dara menjauhi Ergi. Dara sadar bahwa laki-laki dan perempuan tidak mungkin bisa jadi sahabat, pasti diantara salah satu dari mereka ada yang jatuh cinta. Sebenarnya didalam lubuk hatinya yang terdalam Dara sangat merindukan sosok Ergi yang humoris, perhatian, dan selalu ada buatnya.

    Dilihatnya ponsel yang berada digengaman tangannya. Sesaat Dara memperhatikan gantungan yang berinisial huruf namanya dan nama Ergi. Tanpa sadar senyum tipis mengembang dibibirnya saat Dara mengingat peristiwa yang lucu, sewaktu membeli gantungan itu di Mall.

***

    Biasanya sepulang kantor, Dara dan rekan kerjanya jalan-jalan ke Mall yang berada tak jauh dari kantornya. Mall Kepala Gadingpun sering dijadikan tempat nongkrong Dara bersama rekan kerjanya untuk melepaskan penat sehabis bekerja.

    Kebiasaan seorang wanita kalau berada dipusat pembelanjaan pasti lupa waktu. Apalagi melihat barang-barang seperti pakaian yang sedang ngetren, sepatu model sekarang dan tas yang bermerek, tidak luput dari pandangannya. Tak jarang teman-teman Dara merogoh koceknya demi mendapatkan barang-barang yang sedang ngetren dikalangan dunia feyen. Tapi tidak dengan Dara, Dara lebih menyukai asesoris seperti anting, gelang, jepitan, dan bros yang bentuknya unik.

    Setelah makan di food court, Dara dan rekan kerjanya menuju kebioskop yang tidak jauh dari food court. Dara dan rekan kerjanya, Tini seorang manager marketing menyelusuri beberapa conter yaitu conter adidas, conter pakaian, dan gramedia. Saat Bioskop sudah terlihat dari kejauhan, tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatian Dara. Darapun memutar balik tubuhnya dan memasuki toko bernuansa pink yaitu conter asesoris.

    Tini pun hanya bisa mengikuti temannya yang memang pengila barang-barang asesoris. Setibanya didalam, Dara melihat-lihat beberapa asesoris yang ingin ia beli nantinya. Sedangkan Tini yang sejatinya tidak begitu menyukai asesoris, iapun mencari kesibukan dengan face bookkan dihp blackberry bold 9000 miliknya.

    Saat Tini sedang asik mengomentari status temannya, tiba-tiba dikagetkan dengan suara teriakan dari Dara,”Tini akhirnya dapat juga!”serunya sambil tangannya menunjukkan sebuah gantungan yang berinisial namanya dan nama Ergi.

    Dahi Tini mengkerut. Sekilas melihat gantungan yang berada ditangan Dara ,”So?”tanya Tini.
    “Ya akhirnya apa yang aku cari ketemu,”katanya dengan mata berbinar.
    “Tunggu, jadi selama ini kamu sering keluar masuk ke toko asesoris cuma nyari gantungan seperti itu?”

    Dara menganggut-anggutkan kepalanya. Tinipun hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya yang begitu pengila asesoris. Lalu Tinipun melanjutkan facebook kan. Sementara Dara menuju ke tempat kasir. untuk membayar gantungan hp yang hendak dibelinya.

    Saat ingin membayar, tiba-tiba dompet Dara yang ada didalam tasnya hilang. Dara panik setengah mati. Diobrak-abrik seisi tasnya. Ada alat-alat makeup, file, tissue, iPhone 3G, VCD, dompet isi koin, hp blackberry bold tipe 9000, dan kertas struk makan di KFC.
“Aduuh…gimana ini?”keluh Dara. “Sebentar ya mba?”ujarnya sambil melirik kearah pegawai kasirnya.

    Dalam keadaan kalut, Dara hanya mengingat satu nama yaitu Ergi. Diambilnya hp dari dalam tasnya. Tangannya langsung menekan nomor Ergi. Tak lama Ergi langsung menjawab telepon Dara,”Ada apa dara?”tanya Ergi 
“Ergi kamu bisa kesini enggak?”tanya Dara dengan raut cemas.
“Gimana ya? Aku lagi servis mobil punya pak Yuda dan nanti sore harus sudah selesai diperbaiki.”
“Kamukan bosnya jadi tinggal perintah anak buah kamu, beres kan?”
“Masalahnya Pak Yuda maunya aku yang menservis mobilnya. Dan aku enggak mungkin nolak karena Pak Yuda adalah customer tetap di bengkel aku.”
“Oh gitu ya. Katanya Sahabat tapi baru dimintain tolong aja udah nolak,”ujar Dara.
“Iya tunggu sebentar ya?”
“Sekarang, soalnya penting. Ini menyangkut hidup dan mati aku. Kamu datang ke Mall KG lantai dua di toko asesoris. Aku tunggu,Cepetan! Awas lama,”pinta Dara.

Saat Ergi ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara terputus dari telepon,”Tuuuuttt!
Ergipun langsung melesat menuju Mall KG dengan mengendarai sepeda motornya.
Sementara Dara baru menyadari kalau ia lupa bilang kepada Ergi untuk membawa uang. Kepalanya dipukul sendiri beberapa kali. Tini yang melihat gelagat Dara yang kebingungan menghampiri Dara.
“Ada apa sih? Pala bener-bener dikeplakin sendiri,”kata Tini.
“Dompet aku ilang,”jawab Dara.

    Tini langsung merogoh tasnya dan memberikan sebuah dompet berwarna coklat dengan gantungan di tengahnya kepada Dara,”Ini dompet kamu.”

Dara tercenang. “Kok bisa sama kamu, Tin?”tanya Dara sambil meraih dompet dari tangan Tini.
“Kan kamu sendiri yang nitip keaku, katanya takut ilang,inget gak?”tanya balik Tini.
“Ooh iya…aku lupa,”ujar Dara sambil tersenyum. 
“Udah jangan nyengir mulu, cepetan bayar. Entar kita ketinggalan filmnya. Tinggal beberapa menit lagi ini!”kata Tini sambil menunjukkan jam tangannya kearah Dara.
“Oke boss!”ujar Dara sambil membayar ke kasir.
“Terima kasih atas kunjungan anda,”kata pegawai kasir sebelum Dara dan Tini meninggalkan toko Asesoris.

    Dara dan Tinipun melesat bak roket yang meluncur ke luar angkasa. Beberapa saat kemudian Dara dan Tini tiba didepan pintu bioskop dengan napas terengah-engah. Dara memberikan karcis kepada pegawai yang stand by berdiri disamping pintu bioskop sebelum masuk kedalam.

    Setelah dipersilakan masuk, Dara dan Tini  langsung mencari nomor duduk mereka. Mereka mendapat urutan tempat duduk ditengah dengan nomor 4 G. Dara dan Tinipun melepas penat saat menemukan tempat duduknya. Disampingnya ada sepasang remaja yang duduk bersama mereka berdua.
“Sutt!”ujar Tini sambil menyikut lengan Dara.

    Dara yang sedang membenamkan matanya sejenak tersentak oleh senggolan tangan dari Tini,”Apaan sih?”tanya Dara kesal.
“Itu liat!”ujar Tini sambil tangannya menunjuk kesamping tempat duduknya.
“Gila ya...film belum dimulai, dia udah cium-ciuman. Bener-bener anak sekarang,”ujar dara menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Udah biarin aja mereka yang penting kita nonton oke. Eh…Dara! Tadi kamu ngubungin siapa? Pacar kamu ya?”tanya Tini.

Lagi-lagi Dara tercenang. “Ya ampun aku kok bisa lupa ya?”
“Jangan bilang kamu ketinggalan dompetnya?”
“Bukan! Tapi Ergi!”jawabnya.
“Ergi siapa?”tanya Tini.
“Ergi itu sahabat aku dari kecil. Dia orangnya baik, perhatian dan care banget sama aku. Kalau aku ada masalah, pasti dia bantuin aku dan seperti sekarang ini saat dompet aku ilang yang ada dikepala aku cuma minta bantuan sama dia. Jadi aku telepon dia buat kesini.”ujarnya panjang lebar.
“Cie…semangat banget ceritainnya. Ngomong-ngomong Ergi udah punya pacar belum?”tanya Tini.

    Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Tini membuat Dara tertawa,”Gimana mau punya pacar, orang kalau dideketin cewek, dia udah panas dingin.”
“Tapi sama kamu kok enggak?”tanya Tini.
“Iya juga tapi aah mungkin karena kita berdua dari kecil temenan.”
“Yakin?”
“Apaan sih!Udah aah…aku enggak mau bahas ini lagi,”ujar Dara.

    Saat film mulai diputar, ponsel Dara berdering. Dengan sembunyi-sembunyi Dara mengangkat telepon dari Ergi.
“Iya ada apa?”tanya Dara sambil membungkukkan badan.
“Aku udah sampai ditoko Asesoris, kamu dimana?”tanya Ergi.
“Aku ada diBioskop. Sebentar lagi aku kesana,”kata Dara yang langsung memutuskan telepon.

    Saat Dara ingin beranjak dari tempat duduknya, Tini menarik tangan kiri Dara,”Mau kemana?”tanya Tini sambil tangan kanannya memegang sebungkus popcorn yang masih rapi tertutup plastik putih trasparan.
“Ergi kesini, sekarang aku mau nyamperin dia di toko asesoris.”
“Ergi! Aku ikut dong!”pinta Tini.

    Tanpa membuang waktu, mereka berdua pergi meninggalkan bioskop. Tak lama kemudian dari kejauhan terlihat sesosok pria tinggi,berbadan kekar yang mengenakan celana jeas biru dangker berdiri membelakangi toko asesoris.

    Ergi ngapain kesini enggak pake baju? Dia pengen pamer ya? Punya badan kekar terus biar cewek-cewek terpesona sama dia? Iih sungguh menjijikan? Hatinya berbisik.

    Sebaliknya Tini yang melihat Ergi terpesona dengan ketampanan dan kejantanan Ergi. Mereka berdua mempercepat langkahnya. Saat jarak Dara satu meter dari posisi Ergi berdiri. Senyum lebar menghiasi wajah Dara dan Tini, saat melihat Ergi belepotan dengan oli di muka dan disekujur badannya.
“Kok kamu lekat sih! Datang kesini cuma pake jeas terus belepotan oli lagi,”ujar Dara.
“Ini semua ‘kan demi kamu. Apa sih yang enggak aku lakuin buat kamu?”
“Iih lebay deah!” Tapi makasih ya…kamu udah bela-belain dateng kesini buat aku. Eh…mana hp kamu?”tanya Dara
    Tanpa tanya lagi, Ergi langsung memberikan Hp yang digengam tangannya kepada Dara.

    Dara pun langsung mengambilnya dan mengaitkan gantungan yang baru dibelinya beberapa menit yang lalu. “Bagus kan?”tanya Dara sambil menunjukkan kearah Ergi.

    Tanpa respon dari Ergi, tiba-tiba Ergi membisikkan sesuatu ketelinga Dara,”Dara pinjem jaket kamu dong! Aku kedinginan nih dari tadi,”ujarnya

    Dara melotot kearah Ergi yang bertingkah seperti anak kecil sedang merengek meminta sesuatu,”Iih kamu ya!”geram Dara. “Kalau kamu bukan teman aku, udah aku pites pala kamu,”ujar Dara sambil memberikan jaketnya kepada Ergi.

    Tini tidak tahan lagi menahan tawanya, Iapun tertawa terbahak-bahak saat melihat Ergi mengenakan jaket perempuan persis seperti bencong pasar minggu yang sering mangkal dipinggir jembatan. Bukan Tini saja yang dibuatnya tertawa tetapi pengunjung lain tersenyum melihat Ergi yang melintas dihadapan mereka. Begitu juga Dara yang mencoba menahan tawanya.

***

    Dara pun mengibaskan lamunannya pergi bersama gumpalan awan hitam diluar sana. Tanpa pikir panjang, Dara berniat menemui Ergi. Dirinya sadar bahwa tanpa Ergi hidupnya tidak berwarna.

    Namun sesosok laki-laki yang tak asing lagi berdiri di depan pintu pagar rumah Dara. Dia adalah Ergi Sinamuara. Dara langsung berlari keluar menghampiri Ergi. Sesampainya di sana, mereka hanya saling menatap. Dara yang mengenakan kemeja putih dengan rok hitam pendek berdiri terpaku terdiam. Begitu juga Ergi. Derasnya hujan membuat tubuh Dara menggigil. Ergi langsung mendekap Dara kedalam pelukannya.

    Darapun tidak kuasa menolak pelukan dari Ergi. Ergi sangat mengenal Dara jadi tanpa menunggu lama, Ergi membisikkan sesuatu ditelinga Dara,”Maukah kamu menikah denganku?”

    Dara menjawabnya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Sekejap Ergi melepaskan pelukannya dari tubuh Dara.

    “Akhirnya Dara menerima cintaku Tuhan!”teriak Ergi dengan semangat. Memang benar hujan membawa berkah, Apalagi hujan dibulan Januari.Terima kasih Tuhan, aku sayang padamu,”ujarnya dengan lantang.
    “Ergi aku sadar bahwa aku juga mencintaimu. Aku yakin bahwa kamu adalah belahan jiwaku. Terima kasih karena selama ini kamu selalu menjadi yang terbaik untukku dan…”kata-kata Dara terhenti saat sebuah ciuman mendarat dibibir seksinya.
    Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah mereka berdua. Begitu juga Bunda Dara yang menyaksikannya dari dalam rumah.
    Terima kasih Tuhan atas kebaikan yang telah engkau berikan kepada putriku. Engkau telah mempersatukan dua anak manusia yang saling mencintai melalui hujan yang engkau kirimkan dibulan Januari ini! Hati bunda berdesir. Sebuah butiran halus menggenangi pelupuk mata Bunda. Bunda bahagia melihat Dara dan Ergi bersatu.

 By : AYU LESTARI